Selasa, 14 April 2015

Bunuh diri yang sempurna

Meski selalu ada kemungkinan, hati seringkali memaksakan diri untuk bertahan pada sebuah jatuh yang membuat pemiliknya lupa bagaimana cara tersenyum. Sampai saat ini, aku masih ingat beribu-ribu hari yang lalu, patah hati mengubah semua warna menjadi gelap. Menjadi hitam. Legam. Penuh rasa takut, bahkan hanya sekadar berbalas tatapan mata untuk sepersekian detik.

Melihat bagaimana patah hati menyita seluruh kewarasan, bagaimana patah hati merenggut habis keinginan untuk hidup, dan bagaimana patah dapat hati membuat seseorang betah menikmati nestapa yang panjang.

Aku selalu bertanya-tanya mengapa semesta selalu sepihak mempertemukan dan memisahkan? Tak adakah kita memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri? Apakah Tuhan seperti anak kecil yang sedang belajar bermain catur? Dan kita, adalah bidak catur yang harus memilih langkah sendiri dan sesekali mengais bahagia serta petunjuk agar selalu baik-baik saja dengan kalimat-kalimat penuh permohonan.

Andai kata patah hati bukan pilihan yang harus dipilih, pada akhirnya itu selalu terjadi tanpa pernah bisa dihindari. Kita harus pasrah ditikam kejamnya kehilangan yang pada awalnya hanya anak-anak harapan yang lugu. Kemudian kita menjahit luka satu per satu dengan air mata sebagai jarumnya, dan ikhlas yang menjadi benangnya. Melukis senyum palsu untuk semua orang di dunia ini di depan cermin sambil berusaha keras agar kelopak mata tidak terjadi hujan badai yang membanjiri pipi. Dan berusaha terlihat tegar dan ceria dengan sisa-sisa tabah dalam tubuh yang ringkih hampir hancur.

Aku telah sadar dan banyak belajar dari waktu yang tak pernah pamrih menuntun hatiku singgah pada hati seseorang. Bahwasanya genggaman tangan bisa terlepas kapan saja. Pelukan erat tak menjadi jaminan bahwa tak ada celah untuk lengan lain yang menunggu kesempatan menggantikan. Bekas bibir dari ciuman-ciuman lembut penuh luruh pengkhayatan yang luhur nyatanya tak bisa menjadi stempel bukti untuk hati dapat selamat dari perpisahan. Bahkan, nikmatnya proses senggama pun tak selalu mampu membuat sepasang hati menepati kesetiaan yang telah terikat oleh janji lisan yang dahulu bersumpah atas nama cinta yang esa.

Oleh sebab itulah, terkadang aku memilih untuk mematahkan hati sendiri tanpa perlu menunggu dipatahkan. Kadang aku memutuskan untuk tidak mengutarakan perasaan pada ia yang kucintai, dan merelakan senyum bahagianya diciptakan orang lain. Kadang aku menikmati tawanya yang membahana memunggungiku. Kadang aku membodohi rindu dengan berpura-pura telah lupa nama ia yang selalu kusebut dalam doa. Kadang aku hanya membiarkan jatuh cinta berlalu begitu saja sampai waktu mengantarkanku pada kesempatan berikutnya.

Atas nama roda kehidupan yang selalu berjalan. Menghilanglah dalam kesunyian, setelah itu belajar untuk menemukan yang ingin menemukanmu. Berteriaklah dengan sangat kencang, agar pedih menemanimu menikmati duka yang lantang. Berdiamlah layaknya sekarat, supaya kau mendengar debar jantung yang hampir mati dan isi hati yang berbisik tak berdaya menagih perihal rasa-rasa yang dibunuh paksa. Patahkanlah hatimu dengan yakin, lalu kau belajar lagi untuk menyambungnya dengan harapan dan doa untuk dirimu sendiri. Nikmatilah getir yang terkecap di seluruh tubuhmu, kemudian tempa ketabahan dengan luka agar kau terlahir menjadi manusia baru yang jauh lebih kuat dan hebat.

Mematahkan hati sendiri adalah bunuh diri yang sempurna.

Barangkali, dengan begitu cinta akan lebih sederhana. Saat berhenti sebelum memulai dan mematahkan hati sendiri menjadi jalan pintas yang mencegahmu berjudi harapan dan menempuh jalan terjal penuh luka yang ditimbulkan oleh harapan dan kekecewaan pada irama yang bersamaan. Tanpa perlu kau membuang waktu untuk patah hati yang tak perlu di setiap titik-titik kehidupan yang memang harus dilalui.

Meski aku tak dapat mengatakan mematahkan hati sendiri adalah langkah yang benar. Aku hanya menanamkan keyakinan pada jalan ini, semoga pada jatuh cinta berikutnya Tuhan memberi jatuh cinta yang baik, yang mengangkat kesetiaan sebagai penghargaan tertinggi.

Aku percaya, patah hati adalah pemahaman yang tak dapat dibantah bahwa cinta tak selalu berakhir indah, namun percayalah, setelah itu ada kebahagiaan yang menunggu kausambut penuh suka cita...for the last i reallny wanna say that I LOVE YOU !!!

Tidak ada komentar: